1.
Pengertian
Multikultural
Multikultural secara etimologi marak
digunakan pada tahun 1950-an di Kanada.
Konsepsi multikulturalisme diawali oleh perlawanan sebagian warga
kanada terhadap ambisi dominasi dan
hagemoni kelompok anglo-saxon dan franco di pusat kekuasaan Kanada.
Pandangan ini di amini juga oleh penulis buku Reithinking Multiculturalisme, Bhikhu Parekh (2001) Pluralisme dalam masyarakat majemuk pada dasarnya memiliki
beberapa makna, yakni (1) sebagai doktrin, (2) sebagai model, (3) keterkaitannya
dengan konsep lain (Liliweri,2005).
Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menerangkan
masyarakat multicultural. Liliweri (2005:71-80) mengidentifikasi tujuh tokoh
sebagai perintis teori-teori multicultural. Berikut ini akan disampaikan secara
ringkas gagasan-gagasan dari teori tersebut.
-
Sokrates
Gagasannya yang dekat
dengan makna multicultural adalah tentang self-knowledge.
Menurutnya, self-knowledge merupakan
mahkota dari pendidikan setiap individu. Pengembangan self-knowledge hanya dapat dilakukan ketika seseorang tengah
beranjak dewasa.
-
Plato
Plato tidak menyebut
secara eksplisit tentang multicultural, tetapi prinsip-prinsip multicultural
telah diperkenalkan dalam sebuah
rancangan kurikulum pendidikan liberal
art, yang kualitasnya sepadan dengan kurikulum ilmu atau pendekatan ekonomi
maupun politik.
-
Jean
Piaget
Piaget yakin bahwa
setiap perkembangan individu tidak hanya dalam hal pengetahuan dan kemampuan,
teatpi juga kemampuan untuk bersikap empati. Empati adalah persepsi individu
tentang kemiripan antara self dan
other.
-
Horace
Kalen
Kallen merupakan orang
pertama yang mengkonstruksi teori pluralism budaya,. Menurutnya jika berbagai
kebudayaan yang beragam atau perbedaan yang bervariasi itu dibiarkan hidup dan
berkembang dalm suatu bangsa, maka upaya kearah persatuan nasional telah
dilakukan Dalam teorinya, Kallen
mengungkapkan bahwa setiap etnik dan kelompok dalm suatu bangsa menjadi penting
dan unik karena semua member kontribusi terhadap pengayaan kebudayaan.
-
James
A. Banks
Banks dikenal sebagai
perintis pendidikan multicultural. Menurutnya, bagian terpenting dari
pendidikan adalah mengakarkan “Bagaimana cara berfikir” dan bukan mengajarkan
“apa yang difikirkan”. Dengan demikian seorang siswa harus menjadi pemikir
kritis dengan latar belakang pengetahuan dan keterampilan ditambah dengan
komitmen.
-
Bill
Martin
Dalam karyanya
Multiculturalism: Consumerist or Transformational. Martin menuangkan gagasannya
bhwa semua isu yang berkaitan dengan pengembangan multikulturalisme tumbuh dalm
sebuah pertanyaan tentang perbedaan cara pandang, seperti yang dilakukan oleh
para filsuf dan teoritikus social.
-
Martin
J.Beck Matustik
Matustik
menyampaikan gagasannya bahwa segala bentuk perbedaan yang dilakukan oleh
masyarakat barat berkaitan dengan hokum atau tatanan dari sebuah masyarakat
multicultural. Dalam artikelnya Ludic
Corporate and Imperialism Multiculturalism: Impostoes of Democracy and Cartographers
of the New World Order, Matustik mengatakan bahwa kebudayaan, politik dan
perang ekonomi sudah muncul.
-
Judith
M. Green
Menurut
Green, multikulturalisme tidaklah unik, dihampir semua Negara terdapat kondisi
multicultural karena mereka mengakomodasi kelompok-kelompok kecil dengan
kebudayaan yang berbeda-beda. Satu hal yang perlu dicatat bahwa jika suatu
kelompok ingin berubah dalam tata kehidupannya dalam masyarakat multikultur,
maka yamg diperlukan adalah perjuanagn melakukan interaksi dan kerja sam antar
budaya.
2.
Kelompok-kelompok
Sosial Dalam Masyarakat Multikutur di Indonesia
Dalam
masyarakat secara nyata dapat dilihat adanya kelompok-kelompok social. Semakin
maju suatu masyarakat maka semakin beragam kelompok social yang ada, dan
semakin menambah kemajemukan dalm masyarakat multikultur.
Kelompok
merupakan konsep yang sangat umum dipakai dalam sosiologi dan antropologi.
Sebenarnya kelompok merupakan kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat
tertentu. Menurut Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi, kelompok social merupakan
perwujudan dari kehidupan bersama atau pergaulan hidup yang sangat
beranekaragam.
3.
Perkembanga
Kelompok Sosial pada Masyarakat Multikultur di Indonesia
Kelompok
social bukanlah kelompok yang statis karena setiap kelompok social selalu
mengalami perkembangan atau perunahan. Perkembangan kelompok social dapat
dipengaruhi oleh factor dari dalam maupun dari luar. Jika dilihat dari sudut
pandang relasi antar kelompok, maka perkembangan kelompok social bias di
sebabkan ole berbagai pola relasi antar kelompok.
Tiap-tiap
kelompok masyarakat di Indonesia saling berhubungan satu sama lain.
Masing-masing kelompok membentuk jaringan hubungan dengan kelompok-kelompok
lain dalam suatu system social. Hubungan antar kelompok tersebut dapat berupa
kerja sama, persaingan bahkan konflik. Hubungan yang terbentuk antar kelompok
masyarakat di Indonesia tergantung pada latar belakang sosiokultural dari
hubungan yang mereka jalani dengan segala perkembangannya.
Masyarakat
Indonesia tergolong masyarakat multicultural, yaitu masyarakat dengan beragam
etnis/suku bangsa, ras, agama, bahasa, adat istiadat, profesi golongan politik dsb.
Keberagaman suku bangsa dan kebudayaan tersebut, tentu saja berpengaruh
terhadap system dan struktur social yang ada. Karena itu, dalam masyarakat
Indonesia terdapat bermacam-macam kelompok social yang terbentuk karena
kepentingan etnis atau suku bangsa, kelompok social karena kepentingan agama,
karena kepentingan profesi dan sebagainya.
4. Keanekaragaman Kelompok
Sosial Dalam Masyarakat Multikultur di Indonesia.
Menurut
max weber, dalam masyarakat multicultural terdapat beberapa macam kelompok
social yang berbeda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya,
walaupun mereka termasuk dalam suatu masyarakat yang sama. Berbagai tipe
kelompok social dalam masyarakat multicultural tersebut dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
-
Klasifikasi berdasarkan jumlah anggota.
-
Klasifikasi berdasarkan makna kelompok
bagi anggotanya
-
Klasifikasi berdasarkan sikap anggota
terhadap kelompoknya dan kelompok lain
-
Klasifikasi berdasarkan sifat ikatan
antaranggota.
Sedangkan
menurut Tonnies, berbagai kelompok sosila yang terdapat didalam masyarakat
dapat dibedakan menjadi Gemeinschaft dan
Gesellschaft. Eksklusif serta
merupakan suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir.
Sedangkan
Gesellschaft adalah kehidupan public
yang terjadi karena orang kebetulan hadir bersama walau masing-masing tetap
mandiri.
Suku
bangsa, menurut Koentjaraningrat (1989), adalah kelompok social atau kesatuan
hidup manusia yang mempunyai system interaksi dan system norma yang mengatur
interaksi tersebut, memiliki kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan
semua anggotanya, serta memiliki system kepemimpinan sendiri.
Suku
bangsa adalah suatu kelompok yang berada dalam suatu kelompok social yang lebih
besar.
5. Peranan Pendidikan
Multikultural dalam Menjaga Integritas Bangsa.
-
Pengertian
Pendidikan Multikultural
Multikultural
adalah sebuah realitas social dan merupakan fitra manusia yang apanila dikelola
secara benar akan melahirkan energy dan sebaliknya, jika ditangani secara
keliru akan menimbulkan bencana yang dahsyat.
Orang
buta dan orang lumpuh yang berkolaborasi
secara positif dapat meningkatkan produktifitasnya berlipat ganda.
-
Tujuan
Pendidikan Multikultural.
Pendidikan multicultural berusaha menolong
siswa mengembangkan rasa hormat kepada orang berbeda budaya, member kesempatan
untuk bekrja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau
rasnya secara langsung, menolong siswa untuk mengakui ketepatan dari
pandangan-pandangan budaya yang beragam, menolong siswa mengembangkan
kebanggaan terhadap warisan budaya mereka.
Farris dan Cooper (1994) mengemukakan
bahdidikan multicultural adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memandang
kehidupan dari berbagai persepektif budaya yang berbeda dengan budaya yang
mereka miliki dan bersikap positip terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis.
Secara klonseptual, pendidikan
multicultural menurut Groski, mempunyai tujuan dan prinsip sebagai berikut :
-
Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan prestasi mereka,
-
Siswa belajar bagaimana belajar dan
berpikir secara kritis
-
Mendorong siswa untuk mengambil peran
aktif dalam pendidikan,
-
Mengakomodasikan semua gaya belajar
siswa.
-
Mengapresiasi kontribusi dari
kelompok-kelompok yang berbeda
-
Mengembangkan sikap positip terhadap
kelompok-kelompok yang mempunyai latar
belakang berbeda
-
Untuk menjadi warga yang baik di sekolah
maupun di masyarakat.
-
Belajar bagaimana menilai pengetahuan
dari persepektif yang berbeda
-
Untuk mengembangkan identitas etnis,
nasional dan global.
-
Mengembangkan keterampilan-keterampilan
dalam mengambil keputusan dan analisa secara kritis sehingga siswa dapat
membuat piihan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Multikultural bukan hanya sebuah wacana
tetapi sebuah ideology yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai
landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM dan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Multikulturalisme bukan sebuah ideology
yang berdiri sendiri terpisah dari ideology-ideologi lainnya dan
multikulturalisme seperangkat konsep-konsep yang merupakan bangunan konsep
untuk dijadikan acuan bagi yang memahaminya dan mengembang luaskannya dalam
kehidupan bermasyarakat.
Multikultural berasal dari kata multi dan
kultur. Multi artinya banyak dan kultur bisa disamakan dengan budaya.
Pada
prakteknya kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang elite
seperti misalnya memakai baju yang berkelas,fine art,atau mendengarkan music
klasikal, sementara kata kebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang
mengetahui dan mengambil bagian dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebuah
kebudayaan besar biasanya memiliki sub kebudayaan (atau biasa di sebut sub
kultur) yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal
perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya
Multikultural sebagai masyarakat yang
kelompok dan anggotanya mampu melakukan ko-eksistensi secara harmonis bebas
memelihara keyakinan mereka,bahasa dan kebiasaan serta tradisi yang
dikembangkan dengan pluralisme, padahal ada beberapa perbedaan diantara kedua
konsep tersebut.
Kemajemukan
masyarakat Indonesia adalah sebuah realitas social dan integrasi nasional
adalah substansi utamanya.
Di kebanyakan Negara – Negara dunia
sebagian besar dari mereka adalah bangsa-bangsa bekas jajahan, terdiri atas
kelompok-kelompok etnik budaya yang sangat majemuk, multikulturalisme adalah
sebuah gagasan yang terus diperjuangkan bahkan lebih dari itu, kebanyakan
Negara yang relative muda usia ini harus berjuang terlebih dahulu dengan
gagasan nasionalisme.
Gagasan nasionalisme Negara-negara yang
pada umumnya memperoleh kemerdekaannya setelah perang dunia 2, di bangun
melalui kesadaran para pimpinannya akan kepercayaan bahwa negaranya amat
majemuk seringkali terdiri atas puluhan bahkan ratusan kelompok etnik, hanya
mungkin di persatukan dengan ikrar yang meneguhkan persatuan sebagai dasar
untuk menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik.
Dalam
masyarakat multicultural itu telah terjadi interaksi dan dialog antar budaya.Tatanan
social dan tradisi local yang berakar huat akan memberikan sentuhan halus yang
mengingatkan manusia agar tiak terbawa arus perubahan yang demikian dahsyat.
Manajemen multicultural, memang telah
menjadi budaya perusahaan-perusahaan dari Negara-negara yang lebih maju. Penerapan
manajemen multicultural itu, tentunya didasarkan pada prasangka baik tentang
multikulturalisme. Pendidikan multicultural pada umumnya deletakkan pada latar
belakang kewarganegaraan, Pendidikan kewarganegaraan mengarah pada upaya
perwujudan warga Negara yang baik.
Pendidikan multicultural di Indonesia di
Indonesia pada umumnya memakai pendekatan kajian kelompok tunggal. Pendekatan
ini dirancang untuk membantu siswa dalam mempelajari pandangan-pandangan
kelompok tertentu secara lebih mendalam.
0 komentar:
Posting Komentar